-
minggu, 31/05/2009”Kehidupan memang tak lepas dari dua sisi, ada positif dan negatif, ada siang dan malam, ada benar dan salah, sebagaimana ada suka dan benci〔tidak suka〕, itulah kehidupan yang selalu berpasang-pasangan, sebagaimana pula warna putih dan hitam, yang kesemuanya itu saling ketergantungan.
-
”Sang Hitam yang berpikir kenapa Sang Putih selalunya menilai negatif dan kurang atas diri sang hitam….! ”kenapa sang putih selalu enggan menerima sang hitam….?”, ‘ apa bener kalau sang putih lebih sempurna dari sang hitam….?
-
”
Sang Hitam yang tetap bersabar atas perlakuan Sang Putih, mungkin sang putih pantas bersikap seperti itu, karena sang putih mungkin tercipta dengan kesempurnaan, yang jauh berbeda dengan sang hitam, atau sang putih tidak tahu, kalau keberadaanya tidak lepas karena ada sang hitam.
-
”Sang hitam tidak merasa kecil hati, walau serba kekurangan diri, mencoba mendekati dan mengutarakan maksud hati yang tulus kepada sang putih untuk menyayanginya, tetapi dengan sombongnya sang putih berkata ” aku tak bisa sayang padamu, walau aku udah mencobanya” , itulah kata sang putih yang terasa berat untuk di terima sang hitam, dan yang lebih menyakitkan hati sang hitam yaitu ketika sang putih melarang tuk sekedar main ke rumah sang putih, apa kata sang putih..” kamu nggak usah main ke rumah aku sang hitam….! coba mau ngapain kamu main ke sini….”, itu kata-kata yang bikin hati sang hitam merasa sedih dan pilu atas penerimaan sang putih.
-
”Walaupun demikian sang hitam tetap tersenyum, walau hatinya telah hancur berkeping-keping, sang hitam sadar akan keadaan dirinya, sang hitam tak marah atau benci pada sang putih ,sang hitam menerima keadaan tersebut dengan tabah dan sabar, tak harus sang hitam memaksakan diri agar sang putih menerima dirinya, sang hitam tahu diri kok.,kalau ini mungkin jalan terbaik yang harus di laluinya di dalam hidupnya, mungkin suatu saat ada sang putih lain yang mengerti dan mau menerima keadaan diri sang hitam.
-
”oh…..sang hitam, buruk nasibmu seburuk warnamu….! ”, tapi sang hitam tak pernah menangis ataupun menyesali diri, bersambung…
Tinggalkan komentar